Pages

Monday 25 March 2013

Someone Who Lives in Your Heart

Well, TV (ehm, infotaiment?)  nowadays is stuffed with the news of some entertainers that has just passed away. First, Tata Dado. Entertainer cowok yang kece banget di zaman 90-an lewat peran dan gaya diva-nya. He gave up to the diabetes complication, if I'm not mistaken. Second, Ricky Johannes. Presenter olahraga yang dikenal sebagai sosok yang ramah, hangat, bersahaja, dan ngga pernah kedengeran sakit. I saw the coverage of his funeral on TV this afternoon. I saw his daughter wailing. I don't even know Ricky Johannes and his family in person, but my heart broke into pieces waktu nonton itu tadi.

These remind me of the death of my grandpapp. I've lost the loved ones in my life. My grandpapp, and my aunt. But, to be very honest, the death of my grandpapp is what hurts me most. It has been 3 years, tapi sakit dan sedihnya masih terasa sampe sekarang. Setiap kali aku inget beliau, I feel the pain in my chest. I could not stop my tears from falling. I remember clearly how he kept his faith till the day God picked him up. I remember how he wiped our tears when we were lamenting his suffering. I remember how he told us his amazing stories. I remember his awesomeness.

Ngga tau aku pernah cerita atau ngga, my grandpapp suffered from coronary heart disease. Sebenernya penyakitnya udah lama, dan if I'm not mistaken, udah bolak-balik opname sampe 7x dalam 5 tahun terakhir sampai beliau meninggal and had to live with medicines for the rest of his life. Terakhir beliau masuk rumah sakit, awalnya karena beliau jatuh waktu mau berusaha jalan ke kamar mandi. Beliau merasa kuat dan ngga mau minta tolong perawatnya untuk tuntun beliau. Karena jatuh itu, tulang panggulnya patah dan, yeah, harus dioperasi. The risky operation process went very well. Bonggol tulang panggul yang patah itu diganti dengan bonggol aluminium. Tapi, berhubung usianya waktu itu udah 83, proses pemulihan ngga bisa berlangsung dengan cepat. Karena buat jalan juga susah, musti menjalani proses fisioterapi yang cukup panjang juga, jadinya he spent most of his times on the hospital bed. Hasilnya, pencernaannya terganggu, dan harus operasi dibuat lubang diperut untuk metabolismenya.

He once masuk ICU. Aku memang pernah denger dari pendetaku, kalo di ruang ICU itu banyak setannya, karena banyak orang meninggal disana. My grandpapp termasuk orang yang peka dan bisa berinteraksi dengan roh kayak gitu. Once he said to us, "tadi malem berisik, saya ngga bisa tidur. Rame disini. Anak kecil, orang gede. Pada ngulurin tangan ngajak-ngajak saya. Saya usir, saya bilang, 'ngga mau! Kalo bukan Tuhan Yesus yang bawa saya, yang ajak saya, saya ngga mau ikut. Pergi kalian!' terus pergilah mereka." Kita semua antara percaya ngga percaya denger ceritanya kayak gitu.

The night God picked him up was the night before the digestion surgery takes place. We, his closest relatives, children and grandchildren were there to encourage and comfort him. I spent some of my money for him.  Ngga seberapa, ngga ada apa-apanya dibanding biaya yang harus keluar untuk perawatannya, tapi aku yakin itu bisa bikin beliau seneng. I gave it to my aunt  who bears almost all the cost.  Aku lagi ada diluar kamarnya waktu my aunt called me and told me that grandpapp wants to meet me to say thanks. I came into his room, and it was in front of everyone he turned to me, smiled weakly, and said, "hehehe.. ini dia cucu saya." I felt very touched and honored, ngedenger grandpapp ngomong gitu. He was an army, he had a hard and tough life. He was not a kind of person yang gampang nunjukkin rasa sayang dan bangganya sama orang lain. Makanya, begitu grandpapp bilang gitu ke aku, aku bener-bener cuma bisa cengengesan sambil berkaca-kaca. Then he asked me to pray for him. I burst into tears while praying for him, in front of our relatives. And as what he always did, he wiped my tears and said thank you. :')

I had to come home for I had an important presentation the next day on campus. 1 AM, my mom's phone rang. It was my aunt who stayed in the hospital to take care of grandpapp. She said that grandpapp masuk ICU lagi, karena serangan jantung mendadak.  February 19th, 2010, 1.20 AM, she phoned us again, and told that Grandpapp has gone. My mom burst into tears at the news of his death and I could only fall silent. We were rushing to the hospital, and yes, my aunts were weeping as they repeatedly said "Bapak... Bapak udah pergi.. Bapak ninggalin kita..."  Aku bener-bener speechless ngga tau musti bilang apa, aku ngga bisa nangis. Aku terlalu shock buat nangis. Then I led my mom to the ICU, to see the body of grandpapp. Keluar dari ICU, aku duduk lemes di tangga rumah sakit, jam 3 pagi, aku telepon si pacar. I knew he was sleeping tightly, but then he answered my phone call, dan disitu aku baru nangis. Sakit banget rasanya. Sakit. Banget. Kebayang gak sih, like, lo baru spent some of your money buat beliau, beliau seneng, minta didoain, dan ternyata dalam hitungan jam beliau pergi ninggalin lo. I was antara puas udah buat beliau seneng di jam-jam terakhirnya, sedih, sakit, dan ngga siap.

But this is the happy and the most touching thing. My aunt told us, malem itu, grandpapp gelisah banget. Akhirnya diajakin nyanyi-nyanyi sama tanteku. Tapi tetep ngga bisa tidur. Bolak-balik manggilin tanteku. manggilin perawatnya. Tanteku sengaja ngga mau ngeladenin lagi dan pura-pura tidur, karena besok pagi grandpapp mau operasi pencernaan, jadi harus rest well. Trus grandpapp kedengeran kesel sambil bilang, "ah, kalian ini nggak ngerti." Then he prayed, "Tuhan Yesus, memang cuma Engkau yang mengerti saya. Kalau Tuhan mau sembuhkan, sembuhkan saya. Tapi kalau tidak, bawa saya. Amen." Right after that, he drew his last breath, and went. My aunt called the nurses, they were trying to give any help, brought him to the ICU, but yes, grandpapp had gone with Jesus.  

His death was a deep pain for us, for this is our first lost. Ehm, maksudnya pertama kalinya kehilangan keluarga langsung. Tapi yeah, kami semua tenang dan bangga karena kami yakin, it was bener-bener Tuhan Yesus yang jemput grandpapp, for he told us that di ICU banyak 'yang ngajak', tapi beliau bilang cuma mau ikut kalo Tuhan Yesus yang jemput. Kalo waktu itu beliau pergi, ya artinya memang Tuhan Yesus yang dateng dan jemput dia. Such a beautiful death, was it not? :')

Well, aku cukup puas karena disaat-saat terakhirnya sempet bikin beliau tersenyum dan bangga sama aku. Tapi aku juga sedih karena beliau ngga sempet liat aku wisuda, ngga sempet liat dan nikmatin hasil kerjaku selama ini, ngga sempet liat aku ke Jepang (ah, waktu militer dulu, beliau sempet tinggal di Okinawa buat training militer). Tapi, kisah hidup dan kepergiannya yang indah itu bikin aku tenang dan malah bangga sama beliau. Dalam hidupnya, beliau itu dikenal sebagai sosok yang tegas, keras, jarang mengungkapkan pujian dan sayang, tapi sangat penyayang, pintar, teliti, rapi, idealis, dan jujur. Beliau ngga pernah benci dan dibenci orang, tapi emang sering bikin kesel anak-anaknya karena sifatnya yang keras kepala. Beliau dulu kerja di militer bagian intelijen gitu, jadi banyak orang yang mau sogok dia macem-macem, tapi beliau ngga pernah terima sepeser dan satu benda pun. Malah sampai akhirnya ada orang yang jahatin beliau yang bikin pangkat militernya turun. Beliau kesel, tapi ngga pernah bikin sesuatu yang jahat buat orang itu. Beliau sering duduk diteras rumah buat baca koran setiap hari, bahkan sampe masa tuanya, karena beliau ngga mau membiarkan otaknya kosong dan ngga tau apa-apa. Beliau rajin baca alkitab. Well, in sum, ask him anything, and he would provide you the answers. 

On this very night, I proudly write this post for you, Opung. I just have known you for 18 years, but your smile, persistence, passion, intelligence, and love remains and makes me feel like you live forever. Because one said that no one can take away someone who lives in your heart. Thank you for inspiring me to be a great person like you were. I miss you. 

You have fought a good fight, you have finished your course, you have kept the faith.
Persis seperti ayat alkitab favorit beliau, dan yang kini tertulis di nisannya:

"Aku telah mengkahiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir, dan aku telah memelihara iman." 
2 Timotius 4: 7.

Xx,
Amanda Zevannya.

Wednesday 6 March 2013

How the Kids Touched My Heart....

Halo! Selamat malam!

Udah kepikrian lumayan banyak hal buat diceritain disini, tapi apa daya waktunya ngga nemu. Kebetulan sekarang lagi senggang, waktunya cerita-ceritaaaaa..
Sekarang aku mau cerita soal Jepang (lagi). Hahaha. Well, dari pengalaman 2x trip kesana buat shooting, ketemu sama orang-orang Jepang, dan orang-orang Indonesia disana, menurutku Japan is an easy-to-love country. Eitss, tapi jangan salah, Indonesia tetep yang nomor 1 di hati. Ciee nasionalis. LOL :p

Sebenernya aku udah gatel pengen cerita lengkap tentang ini, tapi karena episodenya belum tayang, jadi aku tahan sampe udah pada nonton, baru deh aku ceritain. Hehehe. Minggu kemarin, tanggal 3 Maret 2013, akhirnya episode Kokoro no Tomo yang ada scene favoritku tayang juga. Yep! Kosai Elementary School, di Sapporo! JAdi waktu itu kalo ngga salah udah hari ke-4 shooting. Udah lumayan capek, soalnya bener-bener travelling dari satu tempat ke tempat lain, dan akhirnya sampailah di Sapporo, Hokkaido. Perjalanan pertama di Hokkaido diawali dengan ke Kosai Elementary School ini. Awalnya aku cuma di-brief, nanti bakalan ketemu sama anak-anak kelas 2, aku kasih tau mereka sedikit ttg Indonesia, ajarin beberapa kata bahasa Indonesia, dan done!

Akhirnya kita masuk ke principal's room, kasih tau mereka flowing shootingnya, dan mereka menyambut kita dengan baik banget. Aku bener-bener deg-degan! I'd never been teaching! And now they wanted me to teach 20-something Japanese children, and I didn't even know how to do that. Oke, kembali pake jurus awal: cuek, pede. Sebelum aku masuk ke ruang kelas to start the filming, their teacher  told them a bit about us, and about Indonesia. Like, Indonesia's location on this globe, and what's so famous about Indonesia, yang ngga lain ngga bukan yaitu Bali! :) :)


Masuklah aku ke ruang kelas, dengan beberapa orang guru dan sang school principal, ngeliatin di sisi belakang kelas. DEG DEG DEG. The first thing I did tentu aja perkenalan dalam bahasa Jepang, " Hajimemashite, watashi wa Amanda desu. Indonesia jin desu. Yoroshiku onegaishimasu." HAHAHA sorry if I do any mistake in typing this. You may correct it nicely ;) Terus aku tanya ke mereka, "Nihon go oke? (Bahasa Jepang ku oke?)" trus some of them dengan lucunya bilang "OKE!" sambil ngangguk-ngangguk ngegemesin gitu.  AAAAAA SENENG!!! Ngeliat respon mereka, deg-degan nya perlahan-lahan hilang, tergantikan dengan perasaan gemesssss dan seneng bisa berinteraksi dan belajar dari mereka. Yes, I learned a lot from them. Lalu aku mulai kasih tau mereka tentang Indonesia, dan ajarin mereka beberapa kata sederhana dalam bahasa Indonesia, like, selamat pagi-siang-malam dan terimakasih. They're quick learners! Seneng banget juga begitu aku tanya siapa yang udah pernah ke Indonesia, dan ada beberapa anak yang bilang udah pernah ke Bali dan Jakarta.


Selesai 'ngajar', aku ajak mereka nyanyi Twinkle-Twinkle Little Stars. Ternyata mereka taunya bahasa Jepangnya. Nah loh! Yaudah deh mereka aja yang nyanyi. *nangis* Tapi ternyata ada beberapa anak yang bisa bahasa Inggrisnya. Awalnya mereka malu-malu ngga mau maju buat nyanyi bareng aku. Eh begitu satu anak maju, yang lain langsung ikutan. Rame deh didepan kelas. :)) Waktuku buat 'ngajar' mereka udah habis karena mereka harus makan siang, and they made me in awe in a sec of their orderliness. Mereka langsung arrange meja mereka jadi dalam formasi meja makan gitu, pasang celemek dan topi sendiri, ambil piring, ambil nasi, lauk, miso soup, dan susu, semuanya dilakukan by themselves. The teachers cuma ngeliatin mengawasi aja. Akupun diajak makan bareng mereka, dan seorang siswi yang bisa speak English fluently ditempatkan disebelahku. We talked a lot. She said that her mom once lived in London, and they  often speak English at home. Ditengah-tengah ngobrol dan lunch itu, anak ini dengan isengnya ngajak aku lomba ngabisin semua makanannya duluan. Dia menang dong -_____- lucu banget!


Selesai mereka makan, mereka langsung rapiin tray makan mereka, lalu rearrange meja, dan bersihin ruang kelas. Anak kelas 2 SD, without any instructions from their teachers, cleaned up their classrooms. Nyapu, ngepel, ngelap-ngelap, hapus papan tulis, and they did it all happily. SALUT! Hasilnya, lingkungan sekolah yang bener-bener bersih dan nyaman buat anak-anak, bahkan buat tamu yang dateng ke sekolah itu. Ini contoh yang bagus banget buat anak-anak di Indonesia untuk belajar mandiri dan peduli lingkungan sehari-hari. Ngga perlu muluk-muluk peduli lingkungan dalam skala luas kayak stop penebangan hutan dll, mulai aja dulu dengan peduli sama lingkungan sehari-hari, tempat kita banyak beraktifitas. Dari hal kecil yang dilakukan dengan komitmen dan ketulusan, pasti akan berdampak positif buat orang banyak kok. 

Setelah itu, I had some light conversations with some of them. Ngeliat aku, mereka bilang, "Orang Indonesia itu tinggi-tinggi ya, Amanda-san?" hahaha. Ketika aku mau pamitan sama  mereka, guru mereka bilang jangan pulang dulu karena mereka punya hadiah buat aku. Then the teacher played a minus one, they stood up, and sang a song for me! Lagunya bahasa Jepang, artinya tentang persahabatan. Like, anytime you need me, you can remember me and I will do anything to help you, gitu-gitu deh. TERHARUUUUUU T,T Aku masih nyari lagunya sampe sekarang, pengen dengerin lagi.  Setelah nyanyi, some of them maju nyamperin aku, salaman, say thanks, trus ada satu anak langsung meluk aku dan bilang "thank you so much, Amanda-san..." T,T Lalu ada satu anak perempuan, namanya Kakono-chan, ngasih aku selembar kertas dilipat empat, pas aku buka, isinya gambar dua cewek, yang satu tinggi pake ikat kepala dan syal, yang satu lagi lebih pendek pake kaos dan rok. She drew me and her :') terharu banget, asli. Lalu dateng lagi satu anak perempuan, ngasih aku dua buah origami berbentuk halloween pumpkin. FYI, waktu kesana emang awal-awal bulan Oktober gitu sih.


Begitu kita bergerak keluar dari kelas mereka, ada seorang guru yang bilang gini ke Mas Jaya, (in Japanese of course), "anak-anak kelas lain ada yang nangis, katanya kenapa Amanda-san datengnya ke kelas 2B, ngga ke kelas kita...." aaaaaaaa.. Akhirnya ada beberapa anak dari kelas lain, ada yang dari kelas empat dan enam juga,  diizinkan keluar kelas untuk ketemu kami, tim Kokoro no Tomo. :') Karena kami harus pindah lokasi buat lanjutin shooting, kali ini kami beneran pamit sama Kosai Elementary School teachers and principal.


Di perjalanan, Kak Icha ceritain ini ke aku. Waktu ngobrol-ngobrol, ada satu anak laki-laki, too bad I forget his name :| (I'm sucks at remembering names, anyway, huhu), ngobrol sama Kak Icha. and I was in tears dengernya. Kak Icha liat anak ini pake kaos Lilo & Stitch, Kak Icha bilang ke dia, "kamu suka Lilo&Stitch ya? Kemarin Amanda-san habis dari Tokyo Disneyland loh." and this very sweet little boy said, "iya, aku belum pernah ke Disneyland, aku pengen banget. Tapi aku ngga punya uang buat pergi kesana." Trus Kak Icha juga speechless dengernya, tapi lalu dia motivasi anak ini dengan bilang, "ooh gitu. Amanda-san juga tadinya ngga bisa ke Disneyland, tapi Amanda-san belajar yang rajin, sampe pinter trus kerja, sampe punya uang buat ke Disneyland. Makanya kamu yang rajin ya belajarnya." Dan anak ini langsung senyum dan janji bakalan rajin belajar. HUAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA.. You'll be a great man, my dear. God bless you. :') :')

Dannnnnn, berakhirlah sesi filming di Kosai Elementary School. Aku memang mungkin cuma beberapa jam ada disana. Tapi kenangan, senyum, dan pelajaran berharga yang aku dapatkan dari mereka will always be buzzing in my heart. 'Thank you so much' supposed to be my words. Thank you so much, kids. Thank you so much, Kosai Elementary School. :')

Mengutip kata-kata seseorang, "Moments may come and go, but memories stay forever."

Xx,
Amanda Zevannya.